Kubuangkan di sini
Cinta antara kita dan semua
bertitis dan mengalir
Aku tunduk rendahkan pundak
Ambillah olehmu dan kalian
Segumpalan dosaku dengan menjernihkan khilaf
Catatkanlah redha, maaf ke mataku
Biar kusambut beralas azam,
Kepada Tun berlima, izinkan aku berbicara
tentang perjuang hamparan kalian
pada jambangan kemerdekaan, ranum
pundakmu terpikul segunung amanah
tersusun buat kejelataan rakyat, sekalian marhaen
meraba pada seribu ancam politikus,
kau gagah dari tewas, gagah dan gagah
dan mencipta serambi keadilan sendiri, adil seadilnya
pada anak bangsa beda alis mata, sama dibilang
kepada tun berlima, izinkan aku berbicara
tentang harmoni kalian irama asyik, gemersik aman
lembah, hutan, gunung, lautan saksi Tuhan, saksi sealam
kalian lebih dewasa untuk ngerti, perjuangan hakiki
dan membuang kemuncup si penghalang
kemerdekaan ini keringat kalian, syukur kami
perpaduan ini semangat kalian, bersatu kami
keilmuan ini cahaya kalian, cerahnya kami
kemodenan ini ilham kalian, majulah kami
kesejagatan ini pimpinan kalian, masyhurlah kami
terima kasih Tun, izinkan kubicara lagi, lagi dan lagi
tanah ini tidak kesamaran, gemerlapan kilau bersilau
patah tumbuh hilang berganti, bagai lalang tumbuhnya
dan anak jagat kemas bertautan mengibar panji, kibar dan kibar
subur segala wasiat kalian benihkan, mekar, manis buahnya.
N.Faizal/07091009/UKM
Engkaulah moyang keramat sebuana Melayu
tumbuh diperbatasan taat setia daulat
merekod lagenda purba sejarah
untuk sebuah bangsa yang tak akan lenyap
kuperasap bicara di tanah peraduanmu
wangi menetaskan hikayat terkisah
oleh masa silam kependekaran Taming Sari
gagah menghunus kesatriaan si derhaka
wahai moyang perkasa bertubuh sasa
kau dewa sealam tunggal riwayat dalang bercerita
bertuah tujuh petala langit, tujuh lipatan bumi
pangeran berani tugu
kau rentas selat masa dengan derap gagah
menunjangi bibit perjuangan sahabat berlima
langkahan pencak bertingkah jurus akur
dan kau tunduk pada bicara fitnah, lurus!
hei Hang Tuah laksamana benteng seteru!
serulah sumpahmu ke telinga cucu-cicit dunia
biar tempang, bisu, capek si petualang durja
kerana ini bangsamu, kau benih dengan keringat!
kami susur semangatmu segenap helai kisah
sambil menjilat sejarah yang membuak darah
lalu menguyah sedalam sedar minda
mengilham keperwiraan pada dada bangsa
“Tak
Ke mana hatimu
dulu menarikan hatiku
lenggok kita serupa
di mimbar cinta
dicorak-carik apalah
peta kasih kita lakar
bercorak jujur mekar
dan
ke mana hatimu
hatiku terkial intai
kelopak mawar suci
untuk kubawa dakap
cium segenap wanginya
adalah citra dambaan
kugubah diralit angan
dan
ke mana hatimu
yang kurobek khilaf
ingin kugilap kembali
dengan insafi hatiku
lemas berteman kesal
pada jalan ego nestapa
meluka-ngeri kebinasaan
dan
ke mana hatimu
hatiku terlukis rindu
beralas diam,kaku,lesu
pedih sang irama tangis
menidakrelakan ghaib sayang
di atas tangan nista lain
kalau kudus sekalipun
dan
ke mana hatimu
untuk buai kuntuman jiwa
dahaga disepi desir pawana
ke marilah oleh hatimu
bicara perkasa tentang kita
diperkebunan redha-Nya
memburu takdir bertiang usaha.
Jika jambatan kecil kau titikan adalah aku
akan kubawa kau ke seberang
kau harus berjalan, hati-hati
jika seruling kau tiupkan adalah aku
iramanya akan kumerdukan
kau mesti hembus alunan nafas, gemersik
andai gunung kau daki adalah aku
aku tetap teguh daripada runtuhan
kau pasti keluruhan keringat ke puncak, gah
kalau perjuangan yang kau pilih adalah aku
perjuangan itu kupertahankan, kemas kudakap
kau mesti berjuang merangkul pelukan, erat
dan apa pun aku untuk kau apakan
aku hanya aku yang penuh harapan,
untuk kau jadikan apa pun kecuali kekecewaan, ingat.
