Doa penyair menanti Al-Qadar.

Tuhan, telah kau letakkan sumur Barakah
kau zahirkan pada mukjizat Agung
dan diperkhabarkan seisi alam tentangnya
kebaikkan menjangkau seribu bulan
mengalir dalam rahmat ramadhan

izinkan aku mengaut sabar dan tekad, Rabbi
menjamah sepertiga malam sepuluh akhir
meneroka janji kudus-Mu, biar kupegang
dan kurapatkan ke lembah hati nyanyian zikri
sujud sedaif hamba basah dengan dosa

Tuhan, kuingin mengucup Lailatul Qadar
bersama rukuknya rendang pepohon
biar akar nafsu ditelunjuk waras akal
biar seputih kapas sang hati, seteguh gunung
mampukah aku, mendakap malam murni

Lailatul Qadar, ghaib hadirmu pasti
membawa wangi kasturi Firdausi
bukan sebuah fantasi persis mimpi
walau seribu retaknya si bulan
doa kuiring berdampingan, meraut wajahmu

Ya Rabb, aku perdengarkan puisi menanti harap
adalah doa penyair leka, murah berkata-kata
agar bisa pula kukunyah rangup Al-qadar
tika purnama ralit di muka langit
embun merembes bersama si air mata
biar kutangkap ruang hati menghadap kuala Rahmat-Mu
dan menadah sekantung tawakal, hanya pada-Mu.

N.Faizal/01092009/UKM